Rabu, 24 November 2010

Ini "Tempe" Ku ....

Sudah hampir 4 tahun saya berada di Al Jubail KSA baru kali ini saya mencoba membuat tempe sendiri, padahal waktu itu sempat bawa ragi tempe dari Indonesia tapi malas sekali untuk mengerjakannya, salah satunya tidak yakin akan berhasil.
.
Selain itu di sini ada yang jualan tempe juga, jadi daripada susah-susah dan cape tenaga mending beli yang sudah jadi, waktu itu di hargai sekitar 7 SR dan ada juga yang 5 SR, tapi buat saya tidak masalah karena saya ngga pernah beli banyak cukup 1 atau 2 saja.
.
Tetapi sekarang yang saya dengar ko yang jualan tempe malah jarang, dan seandainya ada pun saya malas untuk mengambilnya karena jauh, yang jualan tempe hanya dropin tempenya ke salah satu apartemen, dan saya males sekali untuk ambil karena lumayan jauh kalau harus jalan kaki. Dan yang membuat saya kaget yang jualan tempe di Toko Indonesia pun malah tidak ada katanya waktu ada razia, tempe salah satunya kena razia karena di anggap ilegal tidak ada ijin.
.
Teman saya yang biasa jualan tempe pun sudah mulai berhenti, mungkin cape juga karena harus membuat banyak pesanan yang begitu banyak, sedangkan teman saya masih punya anak kecil yang harus di urus, jadi sepertinya berhenti jualan tempe.
.
Dan akhirnya saya mau mencoba bikin tempe sendiri, dengan meminta ragi pada teman yang sengaja bawa dari Indonesia, karena saya tidak punya ragi tempe.

Inilah hasilnya setelah di rendam, di kupas kulitnya, di cuci sampai bersih dan di rebus. Setelah di rebus di angkat tiriskan sampe kering dan dingin, baru dech ditaburi ragi sekitar 1/2 sdt kemudian di aduk-aduk sampai rata, lalu masukin ke pelastik dan ditutup rapat, jangan lupa di tusuk-tusuk untuk udara supaya masuk. Simpan di ruangan yang hangat sekitar 32 derajat sampai 35 derajat suhunya, karena kebetulan saya buat di saat musim dingin, saya simpan tuh di dapur, pintunya saya tutup jadi masih terasa hangat. Tunggu dech sekitar 2 atau 3 hari.



Nah ini adalah tempe yang sudah jadi, ngga nyampe 2 hr dah jadi..... :D


Tempenya siap untuk di goreng tepung...alhamdulillah bisa merasakan tempe buatan sendiri
.
Saya buat tempe ini yang ke-3 kalinya, karena 2 x saya gagal, tempenya ngga jadi-jadi, karena tempenya saya simpan di ruang tidak begitu hangat, dan pada saat pemberian ragi saya taburi ke kacangnya masih dalam keadaan panas dan basah, mungkin itu yang membuat tempe saya tidak pernah jadi, akhirnya saya penasaran dan buat lagi.....
berhasil dech...
tempe siap di panen.

Senin, 22 November 2010

Syukuran ......

Selamat kepada teman-temanku yang baru pulang dari menunaikan ibadah Haji, semoga menjadi haji yang mabrur dan mendapatkan limpahan rahmat dari Allah swt, ...amin..
.
Kebetulan dengan datangnya teman-teman yang baru kembali dari tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, teman kami mengadakan acara syukuran di rumahnya yaitu Golden Sand Compond, semua teman-teman di undang dan mengucapkan syukur atas kembalinya teman kita dengan selamat dan sehat wal afiat, mudah-mudahan di lain waktu apabila masih bisa di beri umur dan rejeki...dan Allah swt mengijinkan, bisa menunaikan ibadah haji kembali.

Anak-anak asyik bermain


Inilah ibu-ibu yang sebagian baru pulang dari ibadah haji, oleh-olehnya radang tenggorokan dan batuk.....semoga cepet sembuh ya bu ........yang pakai kerudung putih siapa ya ????? senyumnya manis banget ..... :D



Gimana ngga pada gendut nich ibu-ibu yang di Al Jubail, setiap ada kumpul-kumpul selalu aja makanan yang uenak tenan.....selalu ada, hari ini menunya sayur asam, ikan bakar, ayam bakar, ayam goreng, asinan, rujak pengantin, gorengan, puding, agar-agar, es kacang merah, ....hhhhmmmm apa lagi ya ...???? sambal kecap dan sambal tomat ngga ketinggalan ...
.
Katanya Restoran Sarikuring kalah dech....
udah ngga enak mahal, bayar lagi ....
kalo yang ini udah enak, gratis, bawa pulang juga .....hahahaaa....muantaaappp..
.
Bisa ngga ya, kalau setiap kumpul ngga ada makanan ...hihihihihi


Kamis, 18 November 2010

Holiday with my Friends

Ied Mubarok....for my blogger .....
.

Hari Raya Ied Adha di Al jubail Saudi sangat terasa sekali daripada hari raya Ied Fitri, karena di Saudi banyak dari seluruh negara di dunia menunaikan ibadah Haji, dan berkurban disini...memenuhi panggilan Allah swt, untuk melaksanakan rukun Islam yang ke 5 ....untuk masyarakat Indonesia yang tinggal di Saudi khususnya Al Jubail, menunaikan ibadah haji hanya 5 tahun sekali, beda sekali dengan di Indonesia yang bisa tiap tahun apabila mampu ....
.
Pada hari raya ied Adha ini, saya dan teman-teman mengadakan acara bacakan kembali sekalian silaturahmi ke pantai An Nakhel, sebagian teman saya ada yang mengadakan acara sendiri keluar kota bersama keluarganya, ada yang ke Riyadh ataupun Madinah, ....
.
Sedangkan teman saya yang tidak kemana-mana, karena suaminya masuk kerja ikut serta bacakan bersama kami, ya setidaknya dengan berkumpul dengan teman-teman bisa menghilangkan rasa jenuh dan bisa fresh kembali setelah kembali ke rumah, selain itu mengajak anak-anak yang sedang libur sekolah.




Namanya juga bacakan pasti bawa makanan masing-masing, ada yang bawa bakso, siomay goreng, puding, lontong sayur, ayam goreng pedas, cake, risoles, martabak, tumis kangkung, buah apa lagi ya yang belum di sebut ...???


Pada saat berfoto ria, ada yang complain, madam-madam arab, mereka protes karena takutnya mereka kena jepret, dih GE ER banget ya tuh madam, siapa juga mo foto mereka, akhirnya fotografernya cuek aja mereka protes sebodo amat, toh memang bukan mo foto mereka, mereka cuma kena kilatan blitz aja jadi di sangkanya kena foto ...



Kemesraan ini janganlah cepat berlalu .....

Karena bisnya dateng terlambat jemput kami sekitar jam 4.30 padahal jam 4.45 disini sudah magrib,akhirnya sampai pantai sudah magrib dan dah mau gelap, makanya fotonya semua di malam hari jadi tidak kelihatan indahnya pantai di sore hari.


Kelelahan tidak terasa apabila sudah berjumpa dengan teman-teman berhaha hihi, stres hilang, rasa jenuhpun pudar...yang terasa kembali segar ... seandainya acara ini rutin seperti ini, apakah saya bisa betah disini ...???? MAYBE...

Sabtu, 13 November 2010

Arti Nama-nama Bulan Hijriyah

Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari.
.
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah.
.
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29 - 30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36).
.
Sebelumnya, orang arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah di tahun gajah.
.
Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah).
.
Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw.
Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu di bangsa Arab.
.
Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun. Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya. Berikut adalah arti nama-nama bulan dalam Islam:
.
MUHARRAM,
artinya: yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.
.
SHAFAR,
artinya: kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
.
RABI'ULAWAL,
artinya: berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
.
RABIU'ULAKHIR,
artinya: masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.
.
JUMADILAWAL nama bulan kelima.
Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.
.
JUMADILAKHIR,
artinya: musim kemarau yang penghabisan.
.
RAJAB,
artinya: mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.
.
SYA'BAN,
artinya: berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah).
.
RAMADHAN,
artinya: sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa peting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn muslimin dapat rnenaklukan kaum musyrik dalarn perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
.
SYAWWAL,
artinya: kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang mernbahagiakan.
.
DZULQAIDAH, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatmnya dengan duduk-duduk di rumah.
.
DZULHIJJAH
artinya: yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji.

(sa/kaskus/bdm.am.ac/imerzone)

Jumat, 12 November 2010

An Nakhel Beach (Fanateer) bag. 2

Kemarin adalah hari Refleshing buat anak-anak dan para ibu, kenapa ? karena 9 hari libur sekolah, lumayan buat anak-anak dan para ibu beristirahat dari kegiatan rutin yang sangat membosankan ....
Kemana lagi kalo bukan ke pantai lagi, habis mo kemana lagi, tempat rekreasi yang dekat dari tempat tinggal saya adalah pantai ini, ya gpp dech yang penting bisa ber haha hihi dengan teman-teman sejenak menghilangkan rasa jenuh dan menikmati udara yang kebetulan sedang bersahabat ......dan menjalin silaturahmi dengan teman yang lama maupun yang baru kenal ...



Anakku yang pertama badannya lumayan menimbun lemak yang membuat saya takut, memang dari dulu dia sangat ingin sekali berolahraga, karena di sekolah tidak ada pelajaran olah raga seperti di Indonesia, setiap break fasilitas olahraga di sekolah selalu di kuasai oleh orang-orang gede ( level 7 - 9), dari pada ikutan sama anak level itu yang badannya gede-gede mending duduk sambil liatin, akhirnya anakku kurang gerak dan mengeluarkan keringat.
Kesempatan inilah anakku bawa bola ke pantai untuk bermain dengan temannya dan tidak ketinggalan bapak-bapak pun ikut serta.





Beginilah kalo ibu-ibu dari Indonesia berkumpul, selalu makanan tidak pernah ketinggalan, inilah saatnya menikmati makanan yang mereka bawa, eeehhhhmmm sungguh pintar ibu-ibu memasak masakan dan cemilannya ......
Mungkin bisa buat modal seandainya menetap di Indonesia buka warung nasi, atau pun berjualan kue dengan kreatifitas ibu-ibu Al Jubail ...
Hidup di Saudi atau di negeri orang membuat saya dan teman-teman mandiri, berusaha membuat masakan dan cemilan sendiri, karena disini tidak ada yang jualan masakan atau cemilan khas Indonesia, dengan cara browsing ataupun cari tau ke teman resepnya, dan dicoba buat sendiri ...hasilnya ....tidak mengecewakan....
Dengan adanya acara kumpul-kumpul ini ibu-ibu akan membawa makanan khas Indonesia yang membuat teman-teman yang lain sangat kangen ....kangen itu terobati akhirnya .....
Hari ini adalah jadwal berangkat teman-temanku yang pergi haji, mudah-mudahan ibadah umroh dan hajinya lancar, selalu diberi kesehatan, dan menjadi haji yang mabrur...amin.

Selasa, 09 November 2010

Puasa Sunnah dalam Setahun

At Tauhid edisi VI/27
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal


Sungguh, puasa adalah amalan yang sangat utama. Di antara ganjaran puasa disebutkan dalam hadits berikut,

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipat gandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat".

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku".

"Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim no. 1151).

Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al muqorrobun).

Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, “Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya” (HR. Bukhari no. 2506).

Pada kesempatan kali ini, Buletin At Tauhid mencoba mengangkat pembahasan puasa sunnah yang bisa diamalkan sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat.

Puasa Senin Kamis

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih)

Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah

Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja. Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)

Namun, hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2345. Hasan). Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya, “Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan)

Puasa Daud

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat, di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa. … Wallahul Muwaffiq.”

Puasa di Bulan Sya’ban

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156). Yang dimaksud di sini adalah berpuasa pada mayoritas harinya (bukan seluruh harinya) sebagaimana diterangkan oleh Az Zain ibnul Munir. Para ulama berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)

Puasa di Awal Dzulhijah

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih).

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya. Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa.

Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud no. 2437. Shahih).

Puasa ‘Arofah

Puasa ‘Arofah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Arofah? Beliau menjawab, ”Puasa ‘Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162). Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa ‘Arofah. Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya.” (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih).

Puasa ‘Asyura

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163). An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.”


Keutamaan puasa ‘Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah di atas. Puasa ‘Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa ‘Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa ‘Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.


Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134).

Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah

Pertama:

Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” (HR. Muslim no. 1154). An Nawawi memberi judul dalam Shahih Muslim, “Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur. ”

Kedua:

Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi’i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.

Ketiga:

Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026)

An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyah. Sebab pengharaman tersebut karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak bisa hak tersebut terhalang dipenuhi gara-gara si istri melakukan puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan.” Beliau rahimahullah menjelaskan pula, “Adapun jika si suami bersafar, maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika suami tidak ada di sisi istri, ia tidak mungkin bisa bersenang-senang dengannya.”


Semoga Allah beri taufik untuk beramal sholih. [Muhammad Abduh Tuasikal]

Kamis, 04 November 2010

Halal Bihalal al Jubail

Walaupun telat acara halal Bihalalnya yang penting terlaksana dengan lancar, karena untuk melaksanakan Halal bihalal ini harus menunggu orang-orang yang kembali dari vacation Indonesia.....dan Alhamdulillah semuanya lancar dan terkendali ....



Sudah hampir 3 tahun saya dan keluarga berada di Al jubail Saudi, dari hanya beberapa keluarga yang berada di sini sampai sekarang menjadi Puluhan Kepala Keluarga di tambah dengan Single yang tidak membawa keluarganya....
.
Semakin ramai Al jubail dengan komunitas Indonesia, dan mudah-mudahan semakin kompak dan selalu menjalin silaturahmi dengan mengadakan acara seperti ini ....